a. Nikel oksida direaksikan dengan Syn gas pada 200 °C untuk menghilangkan oksigen, meninggalkan nikel murni.
NiO₍s₎ + H₂₍g₎ → Ni₍s₎ + H₂O₍g₎
Kemudian, Nikel murni direaksikan dengan karbon monoksida berlebih pada 50-60 °C untuk membentuk karbonil nikel.
Ni₍s₎ + 4 CO₍g₎ → Ni(CO)₄₍g₎
Campuran karbon monoksida berlebih dan nikel karbonil dipanaskan hingga 220-250 ° C. Pada pemanasan, tetracarbonyl nikel nikel terurai sesuai reaksi:
Ni(CO)₄₍g₎ → Ni₍s₎ + 4 CO₍g₎
Untuk memisahkan nikel dengan waste-nya dapat dibantu dengan melihat tingkat kebasaan. Tingkat kebasaan ini menentukan brick/ refractory/bata tahan api yang harus digunakan di dalam tungku (furnace), jika basisitas tinggi maka refractory yang digunakan juga sebaiknya mempunyai sifat basa agar slag (terak) tidak bereaksi dengan refractory yang akan menghabiskan lapisan refractory tersebut.
b. Nikel oxide yang didapat dari pemanggangan selanjutnya di reduksi dengan bahan tambah arang (charcoal), sehingga didapat logam nikel.
Originally posted 2022-06-07 07:27:03.